Jumat, 10 Juli 2009

Suara Keledai

oleh : Sang Murid

Di dalam Al-Quran ada disebut bahwa ulama (kaum terpelajar/intelek) itu adalah pewaris nabi. Apakah tugas para nabi? Tugas nabi adalah membangun masyarakat dalam sebuah sistem yang bermartabat, adil dan sejahtera. Apakah mungkin kaum badui, yang tidak tahu baca tulis, yang tidak baca Qur'an, yang tidak baca Hadis, yang tidak baca Karl Max, Naisbit, Toffler, Ali Shariati, Tan Malaka, Soekarno dst-nya mampu memberikan guidance terhadap pembangunan peradaban? Nabi-Nabi tu bukan tokoh fiksi. Kehadirannya adalah sebagai kaum intelek yang mendapat bimbingan Allah SWT. Itulah kenapa ummat harus mempunyai marja' lil taqlid. Ulama yang menjadi sumber dalam menginterprestasi fiqh dan muamalah

Di Indonesia, ummat Islam sudah tidak lagi mempunyai marja'. Karena ulamanya habis dikooptasi dan terjadi pendangkalan pemahaman agama terutama dalam menyangkut taqlid pada ulama. Itulah keberhasilan terbesar orientalis di Indonesia yang di mulai oleh Snouck Hugronje di Aceh. Alih-alih berfikir dalam jihad dan ijtihad, kini kita disibukkan dengan qunud, wudhu dan thaharah.


Serta sufisme! Berzikir sambil menangis-nangis seperti kaum pentakosta. Mempunyai Allah kok malah jadi cengeng! bukan malah jadi berani! Ulama dan ummat pun menjadi lemot! Kita menangis-nangis dalam meminta ampun. Itu boleh saja tapi akan menjadi buruk dan dosa besar apabila kita berburuk sangka bahwa Allah tidak mengampuni dosa-dosa kita. Karena diantara dua sujud hapus semua dosa kita kecuali menserikatkan Allah. Termasuk dosa syirik karena takut kepada taghut! ataupun takut tidak makan jika membela kebenaran. Berzikir juga adalah amalan mulia asalkan dia bukan tempat pelarian dari realita. Kita tidak boleh lupa bahwa arti Mihrab adalah tempat bertempur!

Kehadiran kaum intelek sangat dianjurkan dalam Islam. Itulah mengapa dia mendapat derajad yang hampir mendekati derajad Nabi. Repotnya istilah kaum intelektual semakin rancu karena adanya orang yang cari makan dengan kemampuannya dan sebutannya sebagai intelektual. Itulah yang disebut oleh Gibran dalam syairnya tentang Bangsa Kasihan, yang salah satunya cirinya, intelektualnya adalah gentong nasi. Profesor, doktor dan master kita adalah gentong nasi!

Nah dalam pemilu lalu, ulama sebagai pewaris nabi sdh ditinggalkan ummat demi BLT. Padahal kelas menengah baik muslim dan non-muslim mayoritas mendukung JK. Terbukti hampir tidak ada kekuatan MUI, NU, Muhammadiyah, FUI, FPI, KAHMI, HMI dst-nya itu dalam mendukung JK. Kalah dengan BLT!

Ini merupakan sebuah fenomena baru. Bahwa kini ternyata masyarakat kita sudah semakin turun kelasnya. Semakin miskin dan terancam kelaparan. Dan kelompok borjuasi-nya tidak berkembang. Dan ini juga bukti demokrasi tidak selamanya baik. Kelas menengah yang terpelajar kalah dengan kelas miskin, bodoh tapi banyak..

Apakah mungkin kita membangun sebuah perubahan dan kebangkitan dimana pemerintahannya dibangun dari suara kaum miskin yang sebenarnya tidak berpartisipasi sama sekali. Partisipasinya hanya ditampilkan 5 tahun-an, setelah itu mereka kembali tenggelam dalam kebudayaan bisu-nya.. (sub merged in to culture of silence). Perubahan hanya ada dan akan berlangsung terus apabila ada oposisi yang perduli, berbicara dan bergerak! Dan oposisi itu hanya ada pada kelas menengah yang terpelajar dan mempunyai kehidupan yang lebih baik.

Jadi semua revolusi kaum miskin yang menghasilkan diktatorial akan menggunakan suara orang miskin untuk membangun kekuasannya. Yang berikutnya kekuasaan yang seperti itu akan membunuh kelas menengahnya secara sistematis. Itu akan dimulai dgn mengebiri kekuatan-kekuatan sipil yang sudah dan berpotensi menjadi oposisi pemerintah. Seperti Partai lawan dan kawan, KPK, DPR dan Ormas2 Islam, mahasiswa dan lain-lain.. dengan cara-cara kooptasi, intervensi, subversi, intimidasi, inflitrasi dan seterusnya.

Yang sudah pasti ke depan SBY akan menegaskan hegemoninya terutama di Partai Golkar, TNI dan merusak Prabowo serta Gerindra. Itu akan jadi prioritas utamanya. Dan apapun yang dilakukan SBY akan mendapat dukungan masyarakat internasional terutama Amerika. Karena SBY bekerja bukan untuk kepentingan dirinya, koalisinya, pendukungnya tapi untuk kepentingan hegemoni Amerika Serikat.

Nah lalu apa yang kemudian akan terjadi?? Itu persis terjadi seperti apa yang diceritakan Al-Quran tentang sebuah negeri :
1. Jika kaum intelektualnya tidak membentuk opoisi dan malah mengkooptasikan dirinya pada rezim. Maka negeri itu akan dibuat Allah sehancur-hancurnya..
2. Allah akan memberikan azab yang akan menghancurkan negeri itu seperti ketakutan (intel dan polisi bertindak sewenang-wenang seperti halnya dengan peristiwa mengejar teroris), perang (konflik), hama (karena tidak ada lagi subsidi untuk membeli pestisida), kelaparan (mis manjemen pertanian), wabah (ketiadaan obat2an), berhutang, bangkrut dst-nya, bencana alam yang tidak tertanggulangi dst-dstnya..
3. Allah telah membuktikan bangsa-bangsa yang kuat hancur lebur, baik peradabannya maupun kehadirannya dalam peta dunia karena terjadi separatism dan balkanisasi..
4. Para penjahat dan kaum kafir bebas berkeliaran, memfitnah agama ini, mengada-adakan hal yang buruk, memberangus dakwah, menangkapi ulama.
5. Dalam sebuah hadis juga diramalkan tentang dekatnya kiamat antara lain:
a. Seorang ibu akan melahirkan anak yang kemudian akan menjadi tuan bagi si ibu.. si ibu dipelihara tetapi dijadikan pembantu ataupun ibu kita sudah tidak kita pelihara tapi kita kirim sebagai TKI.
b. Adalah orang-orang bertelanjang kaki (miskin) tetapi akan memasuki gedung-gedung yang tinggi.( revolusi sosial?)
c. Orang bodoh berkhotbah di mimbar.. ya seperti SBY itulah!
d. Ummat ini banyak tapi tak berdaya, bagai buih diatas ombak lautan. Terhidang sebagai santapan kaum kafir.

Kau, aku dan banyak kawan-kawan kita memilih bukan SBY itu bukan karena kita yakin mereka akan menang. Semua kita ini sudah tahu SBY itu sukar untuk dikalahkan. Kita pilih itu, karena iman! Karena SBY adalah pelindung ahmadiyah dan komprador setan besar amerika. Kita ini semuanya berada dalam barisan SBY jauh lebih dahulu dari mereka yang sekarang bersorak sorai dibelakangnya. Kita memilih keluar dari SBY karena dia mengkhianati Islam dan bangsa ini. Itulah pilihan El-Hurr, pilihan orang merdeka! Pilihan orang yang tercatat sebagai syahid pertama dari pasukan Imam Hussain. Hari-hari itu kita bagaikan bertempur di Karbala melawan Yazid si Khalifah palsu!

Pahala atas pilihan kita itu kini mengalir ke kita laksana sungai tidak putus-putusnya sampai pada hari kita berhadap-hadapan langsung dengan Allah, saat kita semua semua pertanggung jawaban terhadap semua pilihan kita dan pertanggung jawaban kepemimpinan kita dalam melakukan perubahan.. Di hari itu kita termasuk dalam golongan orang yang telah berlepas diri dari nabi palsu ghulam ahmad, para pembunuh massal di Irak dan Afganistan, serta penyembah berhala yang melarung sajen pada setan sungai dan laut..

QS Lukman : 19
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Ayat diatas memang ditujukan sebagai sebuah peringatan agar jangan bersikap sombong, takabbur dan anjuran agar sopan santun dalam berbicara (termasuk peringatan kepada saya yang menulis ini). Tapi bagaimana jadinya kalau sang keledai bisa memberikan suara??? Maka terbangunlah sebuah rezim penindas yang akan memelihara sebanyak-banyaknya keledai.

Sekedar Tadrrus kita agar dalam hal apapun kita sebaiknya jangan berlaku curang, yaitu QS Al-Muthaffiffin : 1-9. Yang artinya adalah sbb :
(1) Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (2) (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, (3) dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (4) Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, (5) pada suatu hari yang besar, (6) (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (7) Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. (8) Tahukah, kamu apakah sijjin itu? (9) (Ialah) kitab yang bertulis.

Sadaqallahul'azim
Wallahu'alam.


0 komentar:

Posting Komentar